tag:blogger.com,1999:blog-39907285806522269762024-02-07T11:47:07.906-08:00Sepuluh Tiga™Sepuluh Tiga™http://www.blogger.com/profile/06345263074995406571noreply@blogger.comBlogger10125tag:blogger.com,1999:blog-3990728580652226976.post-90032010056987487242012-04-22T09:03:00.000-07:002012-04-22T10:08:39.399-07:00Sejarah Kartini Tentang Buku Habis Gelap Terbitlah Terang<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjj6_sjJAfjvS53EQ8wXo6xiGGQUViZLhyvy5kKpT1tdHisBneyrQYGrGKz8h2WExe8IxsJMQAHrX840D4MPQDAb6G2HphdjZYs-qNbnxHP7i_fmRqOJ4yXVRBfm74QiBDNhxuNXxaKMv0E/s1600/Kartini.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjj6_sjJAfjvS53EQ8wXo6xiGGQUViZLhyvy5kKpT1tdHisBneyrQYGrGKz8h2WExe8IxsJMQAHrX840D4MPQDAb6G2HphdjZYs-qNbnxHP7i_fmRqOJ4yXVRBfm74QiBDNhxuNXxaKMv0E/s1600/Kartini.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Kartini memiliki cita cita besar yang terbersit dalam buku sejarah
Kartini yang berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang. dialah wanita
Indonesia yang memiliki citra sebagai seorang wanita yang ingin membela
hak hak wanita agar tidak tertindas terutama adalah hak pendidikan dan
hak untuk berkarir, hingga disebutlah emansipasi wanita. Sehingga setiap
tahun peringatan Kartini akan dijadikan semangat bagi kaum wanita untuk
menumbuhkan kembali semangat ke Kartinian, dari tingkat playgroup
diselenggarakan acara memperingati semangat Kartini sampai dengan mereka
yang telah bekerja dan berkarir.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Meski kartini telah tiada namun
semangatnya untuk memperjuangkan kaum wanita terus berkobar, sebagai
contoh kartini Indonesia yang sukses adalah Megawati yang menjadi
Presiden RI, Wali kota Surabaya saat ini Ibu Risma, dan masih banyak
lagi kisah sukses Kartini Modern lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Baiklah, untuk mengenang kembali
kisah dan sejarah kartini mari kita kupas sedikit tentang sejarah
Kartini yang tertuang pada buku sejarah kartini : Habis Gelap Terbitlah
Terang beserta Surat Suratnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQnOlYX7tdjWQWZVmk2hnJgTvDEmpmbQQ4e5fdAoqYRmdoXOWwoGThqr9nSQaxO08zg1-Y44BGcxwx_WO6nyjxkbDvp-Fo1vTXurJuTej_AMbhhOBLOA8qYWIeKrE09Gzap-wprf19kS2L/s1600/Kartini+2.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQnOlYX7tdjWQWZVmk2hnJgTvDEmpmbQQ4e5fdAoqYRmdoXOWwoGThqr9nSQaxO08zg1-Y44BGcxwx_WO6nyjxkbDvp-Fo1vTXurJuTej_AMbhhOBLOA8qYWIeKrE09Gzap-wprf19kS2L/s1600/Kartini+2.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam Sejarah Kartini disebutkan, Dulu pas <b>RA Kartini</b>
dilahirkan, ayah nya msh berkedudukan sebagai wedono mayong, sedangkan
ibunya adalah seorang wanita berasal dari desa Teuk Awur yaitu Mas Ajeng
Ngasirah yang berstatus garwo Ampil. RMAA Sosroningrat dan urutan
keempat dari ibi kandung Mas Ajeng Ngasirah, sedangkan eyang RA Kartini
dari pihak ibunya adalah seorang Ulama Besar pada masa itu bernama Kyai
Haji Modirono dan Hajjah Siti Aminah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kutipan dari <a href="http://infoting.blogspot.com/2012/04/sejarah-kartini-habis-gelap-terbitlah.html">Sejarah Kartini,</a>
Istri kedua ayahnya yang berstatus garwo padmi adalah putri bangsawan
yang dikawini pada tahun 1875 keturunan langsung bangsawan tinggi madura
yaitu raden ajeng Woeryan anak dari RAA Tjitrowikromo yang memegang
jabatan Bupati Jepara sebelum RMAA Sosroningrat. Perkawinan dari kedua
istrinya itu telah membuahkan putera sebanyak 11 (sebelas) orang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kartini yang kita kenal itu
pertama kali menghirup udara segar yaitu disebuah desa di Mayong yang
terletak 22 km sebelum masuk jantung kota Jepara. Disinilah Kartini
dilahirkan oleh seorang ibu dari kalangan rakyat biasa yang dijadikan
garwo ampil oleh wedono Mayong RMA Sosroningrat. Anak yang lahir itu
adalah seorang bocah kecil dengan mata bulat berbinar-binar memancarkan
cahaya cemerlang seolah menatap masa depan yang penuh tantangan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hari demi hari beliau tumbuh
dalam suasana gembira, dia ingin bergerak bebas, berlari kian kemari,
hal yang menarik baginya ia lakukan meskipun dilarang. Karena kebebasan
dan kegesitannya bergerak ia mendapat julukan TRINIL dari ayahnya.
Kemudian setelah kelahiran RA Kartini yaitu pada tahun 1880 lahirlah
adiknya RA Roekmini dari garwo padmi. Pada tahun 1881 RMAA Sosroningrat
diangkat sebagai Bupati Jepara dan beliau bersama keluarganya pindah ke
rumah dinas Kabupaten di Jepara.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada tahun yang sama lahir pula
adiknya yang diberi nama RA Kardinah sehingga si trinil senang dan
gembira dengan kedua adiknya sebagai teman bermain. Lingkungan Pendopo
Kabupaten yang luas dan megah itu semakin memberikan kesempatan bagi
kebebasan dan kegesitan setiap langkah RA Kartini untuk menuju harapan
baru.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sifat serba ingin tahu RA
Kartini inilah yang mrnjadikan orang tuanya semakin memperhatikan
perkembangan jiwanya. Memang sejak semula RA Kartini paling cerdas dan
penuh inisiatif dibandingkan dengan saudara perempuan lainnya. Dengan
sifat kepemimpinan RA Kartini yang menyolok, jarang terjadi perselisihan
diantara mereka bertiga yang dikenal dengan nama TIGA SERANGKAI
meskipun dia agak diistimewakan dari yang lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam buku <a href="http://infoting.blogspot.com/2012/04/sejarah-kartini-habis-gelap-terbitlah.html">sejarah Kartini </a>disebutkan
bahwa : Agar puterinya lebih mengenal daerah dan rakyatnya RMAA
Sosroningrat sering mengajak ketiga puterinya jalan jalan dengan menaiki
kereta. Ini semua hanya merupakan pendekatan secara terarah agar
puterinya kelak akan mencintai rakyat dan bangsanya, sehingga apa yang
dilihatnya dapat tertanam dalam ingatan RA Kartini dan adik-adiknya
serta dapat mempengaruhi pandangan hidupnya setelah dewasa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://infoting.blogspot.com/2012/04/sejarah-kartini-habis-gelap-terbitlah.html">Sejarah Kartini</a>
- Saat mulai menginjak bangku sekolah EUROPESE LAGERE SCHOOL terasa
bagi RA Kartini sesuatu yang menggembirakan. Karena sifat yang ia miliki
dan kepandaiannya yang menonjol RA Kartini cepat disenangi
teman-temannya.. Kecerdasan otaknya dengan mudah dapat menyaingi
anak-anak Belanda baik pria maupun wanitanya, dalam bahasa Belanda pun
RA Kartini dapat diandalkan. Ditulis dalam buku : Dari Gelap Menuju
Terang</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah diterjemahkan kedalam bahasa yang lebih sempurna yaitu <b>Habis gelap terbitlah terang</b>
dijelaskan tentang sejarah Kartini yaitu : Menjelang kenaikan kelas di
saat liburan pertama, NY. OVINK SOER dan suaminya mengajak ra Kartini
beserta adik-adiknya Roekmini dan Kardinah menikmati keindahan pantai
bandengan yang letaknya 7 km ke Utara Kota Jepara, yaitu sebuah pantai
yang indah dengan hamparan pasir putih yang memukau sebagaimana yang
sering digambarkan lewat surat-suratnya kepada temannya Stella di negeri
Belanda. RA Kartini dan kedua adiknya mengikuti Ny. Ovink Soer mencari
kerang sambil berkejaran menghindari ombak, kepada RA Kartini ditanyakan
apa nama pantai tersebut dan dijawab dengan singkat yaitu pantai
Bandengan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian Ny. Ovink Soer
mengatakan bahwa di Holland pun ada sebuah pantai yang hampir sama
dengan bandengan namanya Klein Scheveningen secara spontan mendengar itu
RA Kartini menyela kalau begitu kita sebut saja pantai bandengan ini
dengan nama Klein Scheveningen.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejarah Kartini semoga tak
terulang - Selang beberapa tahun kemudian setelah selesai pendidikan di
EUROPASE LEGERE SCHOOL, RA Kartini memiliki keinginan untuk melanjutkan
ke sekolah yang lebih tinggi, namun timbul keraguan di hati RA Kartini
karena terbentur pada aturan adat apalagi bagi kaum ningrat bahwa wanita
seperti dia harus menjalani pingitan, Kasihan...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam Sejarah Kartini dituliskan
- Memang sudah saatnya RA Kartini memasuki masa pingitan karena usianya
telah mencapai 12 tahun lebih, ini semua demi keprihatinan dan
kepatuhan kepada tradisi ia harus berpisah pada dunia luar dan terkurung
oleh tembok Kabupaten. Dengan semangat dan keinginannya yang tak kenal
putus asa RA Kartini berupaya menambah pengetahuannya tanpa sekolah
karena menyadari dengan merenung dan menangis tidaklah akan ada
hasilnya, maka satu-satunya jalan untuk menghabiskan waktu adalah dengan
tekun membaca apa saja yang di dapat dari kakak dan juga dari ayahnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beliau pernah juga mengajukan
lamaran untuk sekolah dengan beasiswa ke negeri Belanda dan ternyata
dikabulkan oleh Pemerintah Hindia Belanda, hanya saja dengan berbagai
pertimbangan maka besiswa tersebut diserahkan kepada putera lainnya yang
namanya kemudian cukup terkenal yaitu H. Agus Salim.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejarah Kartini pun menyebutkan
adanya cerita tentang Bupati RMAA Sosroningrat dan Raden Ayu yang
menerima kedatangan tamu utusan yang membawa surat lamaran dari Bupati
Rembang Adipati Djojoadiningrat yang sudah dikenal sebagai Bupati yang
berpandangan maju dan modern. Tepat tanggal 12 November 1903 RA Kartini
melangsungkan pernikannya dengan Bupati Rembang Adipati Djojodiningrat
dengan cara sederhana.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada saat kandungan RA Kartini
berusia 7 bulan, dalam dirinya dirasakan kerinduan yang amat sangat pada
ibunya dan Kota Jepara yang sangat berarti dalam kehidupannya. Suaminya
telah berusaha menghiburnya dengan musik gamelan dan tembang-tembang
yang menjadi kesayangannya, namun semua itu membuat dirinya lesu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada tanggal 13 September 1904
RA Kartini melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberi nama
Singgih/RM. Soesalit. Tetapi keadaan kesehatan RA Kartini semakin
memburuk meskipun sudah melakukan perawatan khusus dan berobat, namun
akhirnya pada tanggal 17 September 1904 RA Kartini menghembuskan
nafasnya yang terakhir pada usia 25 tahun.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sekarang RA Kartini telah tiada
dan tinggal Sejarahnya, cita-cita dan perjuangannya telah dapat kita
nikmati, kemajuan yang telah dicapai kaum wanita Indonesia sekarang ini
adalah berkat goresan penanya semasa hidup yang kita kenal dengan buku <span style="color: red;">HABIS GELAP TERBITLAH TERANG.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan ini adalah beberapa isi Surat kartini yang berhasil ditemukan dalam sejarah kartini : </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>“Menyandarkan diri kepada
manusia, samalah halnya dengan mengikatkan diri kepada manusia. Jalan
kepada Allah hanyalah satu. Siapa sesungguhnya yang mengabdi kepada
Allah, tidak terikat kepada seorang manusia pun ia sebenar-benarnya
bebas.”</i></div>
<div style="text-align: justify;">
[Surat Kartini kepada Ny. Ovink, Oktober 1900]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>“Supaya Nyonya jangan
ragu-ragu, marilah saya katakan ini saja dahulu: Yakinlah Nyonya, KAMI
AKAN TETAP MEMELUK AGAMA KAMI yang sekarang ini. Serta dengan Nyonya
kami berharap dengan senangnya, moga-moga kami mendapat rahmat, dapat
bekerja MEMBUAT UMAT AGAMA LAIN MEMANDANG AGAMA ISLAM PATUT DISUKAI . . .
ALLAHU AKBAR! Kita katakan sebagai orang Islam, dan bersama kita juga
semua insan yang percaya kepada Satu Allah, Gusti Allah, Pencipta Alam
Semesta"</i> [Surat Kartini kepada Ny. Van Kol, 21 Juli 1902]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Bagaimana pendapatmu tentang
ZENDING (Diakonia), jika bermaksud berbuat baik kepada rakyat Jawa
semata-mata atas dasar cinta-kasih, bukan dalam KRISTENISASI? Bagi orang
Islam, melepaskan keyakinan sendiri memeluk agama lain, merupakan dosa
yang sebesar-besarnya . . . Pendek kata, boleh melakukan Zending, tetapi
JANGAN MENG-KRISTEN-KAN ORANG! Mungkinkah itu dilakukan?"</i></div>
<div style="text-align: justify;">
[Surat Kartini kepada E.C. Abendanon, 31 Januari 1903]</div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br />
</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b>“Kesusahan kami hanya
dapat kami keluhkan kepada Allah, tidak ada yang dapat membantu kami dan
hanya Dia-lah yang dapat menyembuhkan…”</b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><i>“Ingin benar saya menggunakan gelar tertinggi, yaitu: Hamba Allah (Abdullah).”</i></b></div>
<div style="text-align: justify;">
[Surat Kartini kepada Ny. E.C. Abendanon, 1 Agustus 1903]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>R.A. Kartini dan Pandangannya Terhadap Emansipasi dan Barat</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: #ea9999; text-align: justify;">
<i>"Kami di sini
memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak perempuan, BUKAN
SEKALI-SEKALI KARENA KAMI MENGINGINKAN ANAK-ANAK PEREMPUAN ITU MENJADI
SAINGAN LAKI-LAKI DALAM PERJUANGAN HIDUPNYA. Tapi karena kami yakin akan
pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap
melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam
tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama."</i></div>
<div style="text-align: justify;">
[Surat Kartini kepada Prof. Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1902]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: #ea9999; text-align: justify;">
<i>“Kami
sekali-kali tidak hendak menjadikan murid-murid kami menjadi orang-orang
setengah Eropa atau orang-orang Jawa Kebarat-baratan.”</i></div>
<div style="text-align: justify;">
[Surat Kartini kepada Ny. E.E. Abendanon, 10 Juni 1902]</div>
<div style="color: #ea9999; text-align: justify;">
<i><br />
</i></div>
<div style="color: #ea9999; text-align: justify;">
<i>"Sudah
lewat masanya, tadinya kami mengira bahwa masyarakat Eropa itu
benar-benar satu-satunya yang paling baik, tiada taranya. Maafkan kami,
tetapi apakah ibu sendiri menganggap masyarakat Eropa itu sempurna?
Dapatkah ibu menyangkal bahwa di balik hal yang indah dalam masyarakat
ibu terdapat banyak hal yang sama sekali tidak patut disebut sebagai
peradaban?"</i></div>
<div style="text-align: justify;">
[Surat Kartini kepada Ny. E.C. Abendanon, 27 Oktober 1902]</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber : <a href="http://infoting.blogspot.com/2012/04/sejarah-kartini-habis-gelap-terbitlah.html">Infoting</a> </div>Sepuluh Tiga™http://www.blogger.com/profile/06345263074995406571noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3990728580652226976.post-1219269681459818362012-04-22T08:58:00.004-07:002012-04-22T08:58:44.325-07:00ALAM JEPARA -> Musium R.A Kartini<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://park.blogdetik.com/files/2012/01/museum-kartini-300x225.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://park.blogdetik.com/files/2012/01/museum-kartini-300x225.jpg" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
<br />
Selain cukup terkenal dengan wisata pantainya, seperti Pantai
Kartini, Pantai Bandengan dan Pantai Benteng Portugis, Jika anda datang
ke Kota Jepara jangan lewatkan untuk mampir ke Museum R.A.Kartini yang
berada di tengah-tengah jantung Kota Jepara, Jalan Alun-alun No.1
Jepara sebelah barat daya Pendapa Kabupaten Jepara. Lokasinya memang
sangat strategis, persisnya sebelah timur Kantor Pusat Pemerintahan
Kabupaten, sebelah selatan Alun-alun dan Masjid Besar, sebelah barat
Kodim Jepara dan sebelah utara shopping centre ( Pusat Perbelanjaan ).<br />
<br />
<span id="more-64"></span>
<br />
<br />
Museum R.A.Kartini sendiri didirikan pada tanggal 30 Maret 1975 atas
usulan wakil-wakil rakyat Jepara dan didukung bantuan dari mantan
Presiden Soeharto, pada era Jepara dipimpin oleh Bupati Suwarno Djojo
Mardowo, S.H. dan diresmikan pada tanggal 21 April 1977 tepat seabad
peringatan R.A.Kartini oleh Bupati Jepara, Sudikto S.H. Museum ini
didirikan sebagai penghargaan terhadap R.A.Kartini perintis emansipasi
Wanita Indonesia.Dan saat ini dikelola oleh Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan di bawah Pemerintah Daerah kabupaten Jepara.<br />
<br />
Museum R.A.Kartini berdiri di atas tanah seluas 5.210 meter persegi,
dengan luas bangunan 890 meter persegi yang terdiri atas beberapa
gedung. Selain menyajikan benda-benda peninggalan R.A.Kartini maupun
kakaknya R.M.P. Sosrokartono, juga menyimpan benda-benda kuno peninggalan sejarah dan budaya hasil temuan di wilayah Kabupaten Jepara.<br />
<br />
Dimana lokasi museum tersebut terbagi dalam empat ruangan besar. Ruang
Pertama berisi koleksi peninggalan R.A.Kartini berupa benda
peninggalan dan foto semasa hidupnya. Diantaranya adalah meja, kursi,
foto-foto Kartini, Radio, koleksi piring Kartini, Gerobag Kartini dan
lain-lain.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://park.blogdetik.com/files/2012/01/musoim-katini-300x225.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://park.blogdetik.com/files/2012/01/musoim-katini-300x225.jpg" /></a></div>
<br />
Ruang Kedua berisi benda-benda peninggalan Drs. R.M. Panji Sosrokartono
( Kakak R.A.Kartini ). Raden Sosrokartono merupakan lulusan
Universitas Leiden-Belanda, Dimana beliau menguasai sembilan bahasa
asing timur, 17 bahasa asing barat. Dan semasa hidupnya terkenal dengan
“Dokter Air Putih” karena selalu memberi pengobatan dengan air dan kata
agung Alif .<br />
<br />
Ruang Ketiga berisi koleksi benda-benda yng bernilai
sejarah antara lain terdapat tulang ikan raksasa “Joko Tuwo” dengan
panjang kurang lebih 16 meter, berat kurang lebih 6 ton, lebar 4 meter,
tinggi 2 meter dan kurang lebih berumur 220 tahun. Tulang ikan ini
ditemukan di perairan Karimunjawa pada pertengahan bulan April 1989.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://park.blogdetik.com/files/2012/01/kartini3-300x225.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://park.blogdetik.com/files/2012/01/kartini3-300x225.jpg" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
<br />
Ruang Keempat berisi koleksi kerajinan Jepara, ukir-ukiran, keramik,
anyaman bambu dan rotan, hasil karya lomba ukir serta alat transportasi
jaman dulu. Bagi para pengunjung yang ingin melihat kilas balik
R.A.Kartini bisa berkunjung setiap saat, karena museum ini buka tiap
hari ( termasuk hari libur ) dari jam 08.00 sampai dengan jam 17.00 WIB.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://park.blogdetik.com/files/2012/01/gambar-300x225.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://park.blogdetik.com/files/2012/01/gambar-300x225.jpg" /></a></div>
<br />
<br />
Dengan tiket masuk tergolomg sangat murah sekali dimana hari biasa
dikenakan biaya masuk seribu rupiah untuk dewasa dan enam ratus rupiah
untuk anak-anak. Hari Sabtu, Minggu dan Libur Nasional dikenakan biaya
masuk seribu lima ratus untuk dewasa dan tujuh ratus lima puluh untuk anak-anak.<br />
<br />
Sumber : <a href="http://park.blogdetik.com/2012/01/21/musium-kartini-jepara/">Park.Blogdetik.com</a><br />Sepuluh Tiga™http://www.blogger.com/profile/06345263074995406571noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3990728580652226976.post-40756790543872198102012-04-22T08:54:00.001-07:002012-04-22T08:54:15.183-07:00Sejarah Gerakan Emansipasi Wanita Oleh RA Kartini<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://cdn.ridwanaz.com/wp-content/uploads/2012/04/Sejarah-Gerakan-Emansipasi-Wanita-Oleh-RA-Kartini.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://cdn.ridwanaz.com/wp-content/uploads/2012/04/Sejarah-Gerakan-Emansipasi-Wanita-Oleh-RA-Kartini.jpg" /></a></div>
<br />
Gerakan emansipasi wanita di Indonesia tidak terlepas dari peranan
Raden Ajeng (RA) Kartini dan para pejuang wanita lainnya. Sejalan dengan
bertambah banyaknya jumlah pelajar di sekolah Barat, dan peradaban
dunia Barat yang lengkap dengan sistem politik, sosial, dan ekonominya
pun mulai lebih dikenal. Posisi sosial Belanda yang sangat terpandang
pada masa kolonialisme Belanda di mata bangsa pribumi menyebabkan
timbulnya aspirasi-aspirasi untuk mengadakan inovasi menurut model Barat
umumnya, dan Belanda khususnya.<br />
<br />
Akhirnya persepsi mereka terbuka, tidak hanya dalam
perbedaan-perbedaan tingkat dan gaya hidup pribumi dengan Belanda dan
Eropa saja, melainkan juga mengenai keterbelakangan dan kolotnya
kehidupan tradisional masyarakat Indonesia saat itu. Mereka mulai sadar
akan perbedaan kualitas hidup antara gaya Barat yang serba bebas dengan
pola kehidupan tradisional yang penuh dengan keterikatan.<br />
<br />
<span id="more-7069"></span><br />
Tradisi mulai dipandang bukan sebagai sesuatu yang wajar lagi dan
harus dijunjung tinggi, melainkan sebagai hambatan menuju kemajuan.
Lambat laun kesadaran pun tumbuh untuk mencapai kemajuan, yang
memerlukan liberalisasi dari belenggu adat-istiadat kuno. Salah satu
gerakan emansipasi ini dikumandangkan oleh RA Kartini melalui
tulisan-tulisannya yang kemudian diterbitkan menjadi buku Habis Gelas
Terbitlah Terang pada tahun 1911.<br />
<h2>
Buku Habis Gelap Terbitlah Terang</h2>
Wikipedia menuliskan bahwa dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang
diungkapkan bagaimana kehidupan keluarga bupati yang masih digariskan
menurut tradisi, kedudukan orang tua terhadap putera-puteranya. Selain
itu juga dicantumkan ketaatan dan kepatuhan pada adat, termasuk
kaidah-kaidah tata susila, sopan santun serta tata cara yang mengatur
segala macam hubungan sosial, baik di lingkungan keluarga maupun di
luarnya yang tidak dapat diganggu gugat lagi.<br />
<a href="http://ridwanaz.com/umum/sejarah/sejarah-gerakan-emansipasi-wanita-oleh-ra-kartini/"><img alt="Sejarah Gerakan Emansipasi Wanita Oleh RA Kartini" class="alignnone size-full wp-image-7071" height="238" src="http://cdn.ridwanaz.com/wp-content/uploads/2012/04/Sejarah-Gerakan-Emansipasi-Wanita-Oleh-RA-Kartini-2.jpg" title="Sejarah Gerakan Emansipasi Wanita Oleh RA Kartini" width="211" /></a><br />
Tulisan RA Kartini dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang justru
mempertanyakan, mempersoalkan, dan menyangsikan segala sesuatu yang
berasal dari tradisi. Kondisi tersebut seperti yang dialaminya sendiri
dalam kehidupannya di lingkungan bangsawan Kabupaten Jepara. RA Kartini
diharuskan menerima semua aturan adat-istiadat dengan penuh rasa khidmat
yang disertai rasa tanggungjawab untuk melestarikannya.<br />
<br />
Kesempatannya bersekolah dan bergaul dengan anak-anak Belanda membuka
mata dan membangkitkan kesadarannya akan dunia luar serta nilai-nilai
dan gaya hidupnya yang berbeda dari apa yang dihayatinya. Timbullah
kejutan kebudayaan baginya, yaitu kesadaran akan situasi yang serba
terbelakang dari kedudukan rendah wanita.<br />
<br />
Cita-cita RA Kartini menjadi guru tidak lain berasal dari aspirasinya
untuk memajukan bangsa sehingga lahirlah ide emansipasi seperti yang ia
uraikan dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang secara tajam dan
mendalam. Selamat merayakan Hari Kartini!<br />
<br />
Sumber : <a href="http://ridwanaz.com/umum/sejarah/sejarah-gerakan-emansipasi-wanita-oleh-ra-kartini/">Ridwanaz.Com</a>Sepuluh Tiga™http://www.blogger.com/profile/06345263074995406571noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3990728580652226976.post-53703712314721545312012-04-22T08:46:00.001-07:002012-04-22T08:47:06.200-07:00Spirit Religiositas Perjuangan Kartini<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://inspiringwoman.blogdetik.com/files/2010/04/kartinisolo.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://inspiringwoman.blogdetik.com/files/2010/04/kartinisolo.jpg" width="271" /></a></div>
<br />
<br />
Menarik sekali meyimak perjuangan RA Kartini dalam upaya mengangkat
derajat perempuan bumiputera. Perjuangan putri Bupati Jepara ini lebih
diorientasikan kepada perbaikan nasib kaum Hawa sehingga menjadikannya
lebih dikenal sebagai pendekar emansipasi perempuan.<br />
Akibatnya, stigma sebagai pelopor pembebasan perempuan dari kemapanan
dominasi dan subordinasi kaum Adam dialamatkan kepadanya. Ada tiga hal
yang menjadi titik berat perjuangan Kartini. Pertama, masalah emansipasi
perempuan, khususnya melawan adat dan ajaran-ajaran feodalisme, di mana
perempuan tidak lebih sebagai properti.<br />
<br />
Kedua, masalah pentingnya pendidikan di kalangan masyarakat, di mana
diskriminasi untuk memperoleh pendidikan dialami oleh masyarakat miskin
dan perempuan. Ketiga, buruknya kehidupan rakyat yang disebabkan oleh
bermacam-macam hal, salah satunya adalah kondisi kesehatan.<br />
<br />
Di balik perjuangannya, ada fakta menarik yang nyaris tidak terungkap,
yaitu spirit religiositas yang menjadi roh perjuangan Kartini. Selama
ini orang lebih mengenal perjuangan Kartini hanya sebatas perjuangan
antikemapanan terhadap ajaran tradisi dan belenggu adat yang
feodalistis.<br />
<br />
Bahkan, tidak sedikit yang mendistorsi perjuangan Kartini sebagai
pemberontakan terhadap kemapanan laki-laki. Orang cenderung menempatkan
Kartini face to face dengan kaum Adam yang merasa terancam dengan sepak
terjang gerakan perempuan.<br />
<br />
Padahal, orientasi gerakan Kartini adalah berusaha menempatkan perempuan
bukan sebagai kanca wingking seperti doktrin budaya feodal maupun upaya
”pembonsaian” yang dilakukan kolonialis Belanda melalui peraturan
diskriminatif yang membatasi ruang gerak perempuan terutama dalam
mengenyam pendidikan.<br />
<br />
Kartini berkeyakinan bahwa perempuan punya pengaruh yang besar sekali.
Dengan demikian, perempuan harus lebih cakap melakukan kewajibannya,
kewajiban yang diserahkan alam kepada perempuan, yaitu menjadi ibu
pendidik manusia yang pertama-tama.<br />
<br />
Jelas, Kartini menginginkan nasib perempuan menjadi lebih baik.
Perubahan yang harus diraih perempuan itu dalam pandagangan Kartini
tidak perlu sampai mencerabut dirinya dari akar kodrat sebagai
perempuan. Inilah yang membedakan Kartini dengan perjuangan kelompok
feminis liberal yang memaknai perempuan mempunyai kebebasan secara penuh
dan individual, yang berakar pada rasionalitas dan distingsi antara
dunia privat dan publik.<br />
<br />
Kartini juga tidak berkeinginan mengkritik pola keagamaan masyarakat.
Justru sebaliknya, ia berangkat dari kesadaran beragama untuk membuat
perubahan terhadap tradisi masyarakat yang gelap menuju peradaban yang
tercerahkan. Religiositas Kartini terasah sejak kecil. Benih ini
mengalir dari sang kakek, Kiai Modimoro, seorang guru mengaji di daerah
Telukawur, Jepara. Kartini rajin belajar ilmu agama sejak kecil dan
mengikuti pengajian bersama ayahnya.<br />
<br />
Pengaruh religiositas ini melekat dalam diri Kartini dan termuat dalam
suratnya kepada kenalannya bernama Estelle Zeehandelaar yang akrab dia
sapa dengan nama Stella, seperti dalam salah satu alinea suratnya yang
berbunyi:…aku juga setia mengunjungi masjid, tetapi tanpa mengerti isi
khotbah bahasa Arab. Aku juga punya kitab suci Alquran dan aku setia
membacanya namun tak mengerti artinya…., pelipur lara dan pendekatan
jiwa kepada Allah.<br />
<br />
Meski memiliki kendala bahasa, semangat religiositas Kartini tidak
memudar. Hingga suatu hari ia menghadiri pengajian untuk para bupati
seluruh Jawa di Demak yang materinya adalah tafsir QS Al-Fatihah yang
disampaikan oleh Kiai Sholeh bin Umar as-Samarani.<br />
<br />
Kesempatan ini
dimanfaatkan Kartini untuk berdialog dengan sang kiai dan pada
prinsipnya mengusulkan untuk menerjemahkan Alquran ke dalam bahasa Jawa.<br />
Akhirnya permintaan itu dikabulkan oleh sang kiai. Pada saat pernikahan
Kartini, Kiai Sholeh baru menyelesaikan 13 juz dan memberikannya sebagai
hadiah perkawinan. Namun sayang, sebelum seluruh terjemahan Alquran
selesai Kiai Sholeh wafat.<br />
<br />
Menuju Cahaya<br />
Jika dicermati perjalan perjuangan hidup Kartini yang terangkum dalam
Habis Gelap Terbitlah Terang, dari gelap menuju cahaya, menggambarkan
inspirasi religius perjuangan Kartini. Sepertinya Kartini terinspirasi
betul oleh firman Allah dalam QS Al-Baqarah: 257 yang berbunyi:
Allahumma akhrijnii min al-dzulumati ila al-nuur, yang artinya,”Ya Allah
keluarkanlah aku dari kegelapan menuju cahaya yang benderang”.<br />
<br />
Inspirasi gerakan Kartini ini juga pernah dijadikan Aloys Budi Purnomo
sebagai inspirasi judul artikelnya di koran ini, edisi 5 April, dalam
rangka renungan perayaan Paskah, dengan judul Habis Gelap Terbitlah
Terang. Tetapi karena topik yang diangkat Aloys Budi Purnomo berasal
dari terjemahan yang mengalami distorsi sebelumnya, sehingga analisisnya
kurang tepat dan terasa jauh panggang dari api.<br />
<br />
Perjuangan Kartini belum selesai dan masih dalam proses menuju
pencerahan. Kartini telah tiada dan selayaknya generasi sekarang siap
menerima estafet melanjutkan perjuangan itu. Tentu perjuangan yang
dilakukan tidak mendistorsi orientasi perjuangan yang diinginkan
Kartini. Bukan simbolisasi perjuangan kaum perempuan melawan kaum pria.
Melainkan perjuangan yang menyinergikan kiprah putra dan putri Indonesia
membebaskan bangsanya dari belenggu kegelapan.<br />
<br />
Bangsa ini masih dalam pusaran kegelapan. Ketergantungan kepada bangsa
lain masih tinggi. Ketimpangan pembangunan dan diskriminasi sosial,
pendidikan, kesehatan secara nyata terjadi di hampir seluruh pelosok
negeri. Degradasi moral bangsa kian tak terbendung. Korupsi semakin
merajalela. Sungguh bangsa ini masih berada dalam cengkeraman kegelapan
yang sangat pekat.<br />
Optimisme keluar dari kegelapan ini harus tetap dikobarkan. Asalkan ada
komitmen dan kerja keras bersama dari anak bangsa untuk melakukan
pencerahan dan membebaskan bangsanya dari keterpurukan, terang pasti
akan teraih. Kesadaran bersama untuk membangun bangsa dengan mencurahkan
segenap kemampuan yang dimiliki.<br />
<br />
Memiliki semangat patriotisme tinggi dan menghidupkan semangat
kemandirian sekaligus mengeliminasi ketergantungan kepada bangsa lain
dalam mengeksplorasi kekayaan alam adalah jalan menuju cahaya. Serta
yang tidak boleh ketinggalan adalah peningkatan mutu intelektual dan
pengembangan moral yang luhur yang akan menjadikan pembangunan berjalan
adil dan jujur. Dengan demikian, harapan untuk mengeluarkan bangsa ini
dari kegelapan akan terealisasi dengan baik.<br />
<br />
Sumber : <a href="http://www.solopos.com/2012/kolom/spirit-religiositas-perjuangan-kartini-179501">Solopos</a>Sepuluh Tiga™http://www.blogger.com/profile/06345263074995406571noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3990728580652226976.post-30584878478798003282012-04-22T08:42:00.002-07:002012-04-22T08:42:59.222-07:00Panggil Aku Kartini Saja, karya Pramoedya Ananta Toer tentang seorang gadis luar biasa<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/23/COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Portret_van_Raden_Ajeng_Kartini_TMnr_10018776.jpg/300px-COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Portret_van_Raden_Ajeng_Kartini_TMnr_10018776.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/23/COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Portret_van_Raden_Ajeng_Kartini_TMnr_10018776.jpg/300px-COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Portret_van_Raden_Ajeng_Kartini_TMnr_10018776.jpg" width="244" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
Kartini --> Image : Wikipedia</div>
<blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
“Barang siapa tidak berani, dia tidak bakal menang;
itulah semboyanku! Maju! Semua harus dimulai dengan berani!
Pemberani-pemberani memenangkan tiga perempat dunia!”<br />
<div style="text-align: right;">
— <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Kartini" rel="wikipedia" title="Kartini">Kartini</a> via <a class="zem_slink" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Pramoedya_Ananta_Toer" rel="wikipedia" title="Pramoedya Ananta Toer">Pramoedya Ananta Toer</a></div>
</blockquote>
</blockquote>
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span id="more-1351"></span>Siapa yang
tidak bergetar ketika membaca semboyan seperti itu? Disampaikan dengan
lantang, sebuah gagasan yang memberontak dari seorang gadis yang
terkungkung dalam tembok feodalisme Jawa. Dia adalah Kartini, pejuang
yang memiliki satu senjata: pena.</div>
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://manshurzikri.files.wordpress.com/2010/09/pram.gif?w=480" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://manshurzikri.files.wordpress.com/2010/09/pram.gif?w=480" width="289" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<div class="wp-caption-text">
Pramodeya Ananta Toer</div>
</div>
<br />
<br />
Ketika membaca buku biografi seorang tokoh, karya dari Pramoedya Ananta
Toer ini, saya tidak habis-habisnya bergetar karena bersemangat. Membaca
tulisan-tulisan dan surat-surat Kartini kepada kenalannya di luar
negeri itu sama asyiknya ketika saya membaca tulisan Epos dari Eiji
Yoshikawa. Seru! Waalau hanya catatan sejarah dari sebuah surat, namun
rasa tegang dan bersemangat ketika membaca kemasan Pram begitu kuat.
Membaca buku itu seolah-olah kita menyelami benar-benar kehidupan dari
seorang Kartini. Meskipun buku itu tidak lengkap karena jilidan arsip
lanjutannya hilang oleh sistem negara yang berusaha memusnahkan
karya-karya Pram, bagi saya, cerita itu sangat kuat menggambarkan kisah
hidup Kartini dan perjuangannya.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://manshurzikri.files.wordpress.com/2010/09/panggil-aku-kartini-saja.jpg?w=480" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://manshurzikri.files.wordpress.com/2010/09/panggil-aku-kartini-saja.jpg?w=480" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
Cover Buku "Panggil Aku Kartini Saja"</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Dulu, saya hanya mengenal Kartini dari
sebuah gambar diri yang dipajang dalam kelas (ketika masih duduk di
bangku sekolah dasar). Waktu itu, saya berpikir bahwa Kartini mungkin
bisa berjuang karena dia adalah keturunan raja, dan wajar saja
mendapatkan pendidikan yang layak sehingga menjadi pintar. Jadi, saya
sempat memandang sinis kepada pahlawan Kartini, waktu kecil dulu. Akan
tetapi, ketika saya membaca sejarah kehidupannya, ternyata sangat
menyedihkan. Dia memang keturunan raja, tetapi tetap saja dia mengalami
hambatan dalam mengembangkan bakatnya. Karena apa? Kekuasaan feodal Jawa
pada saat itu, yang mewajibkan seorang putri ayu untuk dipingit dan
dipersiapkan untuk menjadi tuan putri, dan tidak bisa ke mana-mana
selain di dala istana. Karena sistem yang seperti itu, Kartini susah
untuk bergerak. Padahal, dia adalah seorang tokoh wanita yang memiliki
jiwa suci dan hati yang tulus dalam memberantas kebodohan yang ada di
kehidupan rakyatnya. Dia ingin maju, ingin rakyatnya maju, tidak begitu
saja mau ditindas oleh orang-orang kulit putih. Sedih, sungguh sangat
sedih menyimak kisah hidup pahlawan kita yang satu ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
Namun, tembok-tembok istana tidak menjadi
penghalang Kartini untuk berjuang. Dia masih punya kekuatan dan
senjata. Dia memiliki pemikiran yang cemerlang, jenius, dan mempiliki
pena dan kertas untuk menyalurkan pemikirannya. Dengan
tulisan-tulisannya itu, Kartini memberikan gebrakan untuk kemajuan
negerinya. Melalui surat-suratnya, Kartini menjelajahi dunia,
hubungannya dengan teman-teman pena yang ada di luar negeri, memberikan
bag Kartini untuk memesan buku dan belajar secara otodidak. Akan tetapi
sayang, karena keterbatasannya itu, lagi-lagi Kartini menjadi korban
dari kelicikan orang Belanda. Tanpa sadar, di penghujung hidupnya,
Kartini menjadi korban dalam permainan Belanda (begitulah analisa saya
setelah membaca buku Pram yang tidak lengkap itu).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kartini bisa menjadi contoh teladan bagi
kita semua, terutama wanita. Hatinya sungguh begitu besar dan sangat
rendah hati. Saya begitu merasa kagum ketika membaca cuplikan cerita
yang mengisahkan Kartini menulis surat yang menyatakan keinginannya
untuk menyerahkan beasiswa yang ia dapat kepada seorang pemuda
perantauan, yang nantinya dikenal sebagai Agus Salim, karena dia tidak
mendapatkan izin dari ayahnya untuk meneruskan pendidikan. Kartini tidak
pernah marah. Dia tahu, dia tidak bisa terus melangkah di jenjang
pendidikan karena sistem yang ada di lingkungannya. Apa daya, dia tidak
bisa melawan, bukan karena sistem itu yang begitu kuat, melainkan karena
kecintaannya yang begitu tinggi kepada ayahnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Satu hal lagi, yang membuat saya begitu
jatuh hati dengan Kartini adalah, pernyataannya berikut (kalimat utuh
dari semboyan di atas) :</div>
<br />
<blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<div style="text-align: justify;">
“Aku yang tiada mempelajari sesuatupun,
tak tahu sesuatupun, berani-beraninya hendak ceburkan diri ke gelanggang
sastra! Tapi bagaimanapun, biar kau tertawakan aku, dan aku tahu kau
tak berbuat begitu, gagasan ini tak akan kulepas dari genggamanku.
Memang ini pekerjaan rumit; tapi barang siapa tidak berani, dia tidak
bakal menang; itulah semboyanku! Maju! Semua harus dilakukan dan dimulai
dengan berani! Pemberani-pemberani memenangkan tiga perempat dunia!”</div>
<div style="text-align: justify;">
— Kartini via Pramoedya Ananta Toer</div>
</blockquote>
</blockquote>
<br />
Buku ini sangat baik dan mudah dicerna. Pram mengemasnya
dengan apik, dan ada banyak catatan kaki sehingga kita tidak bingung
dengan catata sejarah yang disajikan. Saya menyarankan buku bacaan ini
kepada siapapun yang ingin tahu sejarah, yang mencari sosok figur
teladan, dan kepada yang ingin maju dan berani!<br />
<br />
Sumber : <a href="http://manshurzikri.wordpress.com/2010/09/07/panggil-aku-kartini-saja-karya-pramoedya-ananta-toer-tentang-seorang-gadis-luar-biasa/">Manshurzikri</a>Sepuluh Tiga™http://www.blogger.com/profile/06345263074995406571noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3990728580652226976.post-88248659602042306522012-04-22T08:04:00.003-07:002012-04-22T08:04:41.547-07:00Kebaya dan Sanggul di Hari Kartini?<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/23/COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Portret_van_Raden_Ajeng_Kartini_TMnr_10018776.jpg/200px-COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Portret_van_Raden_Ajeng_Kartini_TMnr_10018776.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/23/COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Portret_van_Raden_Ajeng_Kartini_TMnr_10018776.jpg/200px-COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Portret_van_Raden_Ajeng_Kartini_TMnr_10018776.jpg" /></a></div>
<br />
Apa yang banyak dilakukan kaum perempuan saat merayakan Hari Kartini ?
Atau kalau Anda seorang perempuan apa yang akan Anda lakukan untuk
memperingati hari Kartini? Dulu waktu saya masih sekolah baik di tingkat
SMP maupun SMA, sekolah saya selalu mengadakan lomba berbusana ala
Kartini, alias murid-murid perempuran diminta mengenakan kain kebaya dan
rambutnya disanggul. Kadang juga diadakan lomba menghias tumpeng,
memasak atau yang lainnya. Namun, yang jelas kegiatannya tak jauh dari
kegiatan yang berbau keperempuanan yang dekat -dekat dengan urusan dapur
dan rumah tangga. Kemudian saya perhatikan tontonan di televisi.
Ternyata setiap peringatan Hari Kartini, para penyiar perempuan juga
ramai-ramai tampil berkebaya dan pakai sanggul, tak peduli apa pun acara
yang dibawakannya. Bahkan, saya juga pernah pergi ke bank dan mall saat
Hari Kartini. Pemandangan yang terlihat adalah para karyawan perempuan
di bank tersebut juga berkebaya, sementara di mall yang saya temui
adalah karyawan <em>costumer service</em>nya yang pakai kebaya.<br />
<br />
Kini fenomena tersebut masih banyak dijumpai. Dalam beberapa kali
menghadiri undangan peringatan Hari Kartini yang diselenggarakan oleh
organisasi wanita, masih dijumpai bentuk-bentuk kegiatan seperti lomba
berbusana nasional alias menggunakan kebaya dan sanggul, menghias
tumpeng, lomba memasak, dan sebagainya. Lagi-lagi tak jauh dari urusan
di ranah domestik. Yang kemudian muncul dalam pikiran saya adalah
pertanyaan, “Kok cuma begini cara perempuan menghargai pahlawannya?”<br />
<br />
Kebaya dan sanggul. Apa hubungan kedua benda ini dengan peringatan Hari
Kartini ? Adakah relevansinya memakai kebaya dan sanggul di Hari
Kartini? Secara pribadi saya agak sulit menemukan hubungan antara kebaya
dan sanggul dengan nilai-nilai kejuangan Kartini. Bagi saya kebaya dan
sanggul tak bisa diidentikkan dengan Kartini. Bahwa Kartini adalah
perempuan Jawa yang selama ini digambarkan dengan penampilan kebaya dan
sanggul memang benar. Tetapi itu tidak lalu dapat mewakili seluruh
pemikiran dan cita-citanya. Terlalu naif rasanya kalau menghubungkan
sosok Kartini dan perannya dalam emansipasi hanya dengan menampilkan
kebaya dan sanggul. Saya sendiri tidak tahu sejak kapan tradisi
berkebaya dan bersanggul itu diberlakukan yang notabene oleh kaum
perempuan sendiri.<br />
<br />
Apakah perempuan merasa sudah cukup puas ketika dia bisa tampil cantik
dalam balutan kebaya dan sanggul? Adakah manfaat lebih jauh yang bisa
dipetik dari kegiatan seperti ini ? Terlebih manfaat bagi masyarakat
secara umum. Bukankah jaman yang semakin modern juga menuntut perempuan
bisa berkiprah lebih jauh dari sekadar tampil di ranah domestik. Ketika
kini sudah banyak perempuan terlibat urusan di ranah publik tentu
dibutuhkan pemikiran yang lebih terbuka dan luas. Masih banyak persoalan
di masyarakat dan di negeri ini yang membutuhkan sentuhan tangan
perempuan. Masalah pendidikan, kesehatan ibu dan anak, nasib buruh
perempuan, ketidakadilan jender, kekerasan dalam rumah tangga, adalah
sebagian masalah yang menonjol di masyarakat. Ketika perempuan sendiri
tidak peduli dengan hal-hal seperti ini, rasanya <em>kok</em> aneh.<br />
<br />
Tapi bukannya anti dengan kebaya dan sanggul walaupun terus terang saya
juga sangat jarang tampil dengan gaya seperti itu. Namun, menurut saya
sekarang bukan lagi waktunya memperingati Hari Kartini hanya dengan
berbusana ala Kartini (termasuk peringatan Hari Dewi Sarika atau Hari
Ibu yang menurut saya caranya juga sering tidak pas). Seandainya Kartini
masih hidup, mungkin dia akan kecewa melihat kaum perempuan belum
berani berbuat lebih jauh atau keluar dari lingkup yang sempit.
Mudah-mudahan harapan saya ini juga mewakili harapan kaum perempuan lain
yang kebetulan sejalan dalam pemikiran.<br />
<br />
<b>Selamat merayakan Hari Kartini !</b><br />
<br />
<b>Sumber : <a href="http://sosbud.kompasiana.com/2012/04/17/kebaya-dan-sanggul-di-hari-kartini/">Sos Bud</a></b><br />Sepuluh Tiga™http://www.blogger.com/profile/06345263074995406571noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3990728580652226976.post-22294436483112690842012-04-22T08:01:00.002-07:002012-04-22T08:01:26.910-07:00Inspirasi Kartini untuk Perempuan Masa Kini<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://www.radarbangka.co.id/gambar/artikel-inspirasi-kartini-untuk-perempuan-masa-kini3853_a.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://www.radarbangka.co.id/gambar/artikel-inspirasi-kartini-untuk-perempuan-masa-kini3853_a.jpg" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
<br />
Apa sebenarnya yang menarik dari Kartini, dan mengapa setiap tanggal 21
April selalu kita peringati dengan bermacam-macam kegiatan. Salah satu
contoh yang biasa lazim dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat dalam
memperingati hari Kartini adalah perlombaan kebaya ala R.A Kartini.
Apakah karena ia merupakan sosok seorang pahlawan bangsa? atau karena
pendidikan tingginya. <br />
<br />
Bila kebanyakan perempuan Indonesia di tanya tentang perjuangan sosok
Kartini, maka kemungkinan kebanyakan dari kita akan menggelengkan kepala
tanda tidak memahami tokoh perempuan tersebut, yang tercetus dari
pemikiran kebanyakan perempuan Indonesia hanya mengerti bahwa Kartini
adalah pahlawan bangsa dan salah seorang tokoh pengerakan emansipasi
perempuan Indonesia.<br />
<br />
<br />
<strong>Emansipasi Perempuan Masa Kini</strong><br />
<br />
Berbicara tentang emansipasi perempuan masa kini, nampaknya bertolak
belakang dari apa yang dicita-citakan oleh R.A. Kartini. Kian hari
emansipasi kian mirip saja dengan liberalisasi dan feminisasi yang lebih
berkiblat ke Barat. Padahal Kartini sendiri sesungguhnya semakin
meninggalkan semuanya, dan kembali kepada fitrahnya. <br />
<br />
Di Barat sendiri hal ini muncul pada abad 15 dan 16, suatu zaman yang
disebut sebagai renaissance. Ia datang untuk mencabut tradisi dan
menenggelamkan agama yang dianggap kuno. Dan muncullah gagasan baru;
kekuatan logika dengan angkuhnya menggantungkan semua sumber nilai dan
norma yang sakral dan spiritual. Pengaruh renaissance ini secara
mendasar menukar agama dengan logika; spiritualisme dengan materialisme
terus berlanjut sampai sejarah memasuki dunia modern. Dan aktualisasinya
mulai meledak pasca perang dunia pertama dan kedua tahun 1914 dan tahun
1939. Secara besar-besaran perempuan Barat mulai memasuki dunia kerja
dalam proses industrialisasi dengan alasan untuk mendorong roda
pembangunan dalam masyarakat. <br />
<br />
Kedudukan perempuan Baratpun secara nyata bukan hanya sekedar menggeser.
Mereka berangkat ke kantor sebagaimana lazimnya kaum lelaki. Berbaurlah
antara laki-laki dan perempuan. Mau tidak mau tuntutan persamaan dalam
jabatan, upah kerja, hak-hak politik, dan jabatan-jabatan umum menjadi
suatu hal yang logis.<br />
<br />
Tanpa disadari persamaan dalam karir banyak menghilangkan sifat
keperempuan-perempuan Barat dan harga dirinya. Dalam waktu yang
bersamaan perempuan Barat mendapatkan secara bertahap sifat-sifat
kelelakian, bahkan juga kekasaran, kekerasan, ketegapan bagi mereka yang
membutuhkan otot. <br />
<br />
Tak bisa dipungkiri, hal ini telah merambah kepada perempuan-perempuan
Indonesia. Dan emansipasi inilah yang sedang digaungkan untuk
dikembangkan oleh gerakan perempuan dalam masyarakat dewasa ini.
Nampaknya perempuan-perempuan Indonesia harus lebih cerdas dalam
memahami dan menanggapi hal ini. Langkah-langkah yang dilakukan oleh
perempuan Barat semestinya tidak harus menjadi acuan melangkah bagi
perempuan Indonesia. Langkah yang harus ditempuh dan tidak bisa
ditawar-tawar lagi adalah kembali kepada konsep agama dan konsep
pemikiran yang gagas oleh R.A. Kartini kepada perempuan Indonesia.<br />
<br />
<strong>Kartini Menginspirasi</strong><br />
<br />
Dijadikannya R.A. Kartini sebagai pahlawan bangsa Indonesia dilatar
belakangi oleh pemikiran-pemikiran dan perjuangan terhadap kaumnya.
Pribadinya yang lembut dan santun, tanpa meninggalkan sifat
keperempuanannya (Feminim) mencoba mendobrak keterbelengguan yang
mengungkung dirinya dan kaum perempuan pada masa itu. Sebagai catatan
bagi kita bahwa beliau tidak bergerak dengan sifat-sifat kelelakian
(maskulin), seperti halnya perempuan-perempuan Barat, namun beliau
bergerak dengan kelembutan dan penanya.<br />
<br />
Dengan penanya, Kartini banyak melahirkan pemikiran-pemikiran yang
dituangkan dalam tulisan-tulisan tangannya. Adapun pemikiran-pemikiran
tersebut menceritakan tentang kondisi sosial pada waktu itu, terutama
tentang kondisi perempuan pribumi. Ia menggambarkan penderitaan
perempuan Jawa akibat kungkungan adat, yaitu tidak bisa bebas duduk
dibangku sekolah, harus dipingit, dinikahkan, dan bersedia dimadu,
sehingga Kartini mengklaim bahwa budaya jawa dianggap sebagai penghambat
kemajuan perempuan. Pergerakan yang dilakukan untuk melepas kungkungan
adat tersebut, bisa dipahami dari cita-citanya yang luhur yaitu mengagas
pembebasan perempuan, dengan mendirikan sekolah bagi para perempuan
bumi putra kala itu.<br />
<br />
Pandangan-pandangan kritis lain yang diungkapkan oleh Kartini melalui
tulisan atau suratnya, adalah tentang kritiknya terhadap agama. Dia
mempertanyakan kenapa kitab suci harus dihafalkan dan dilafalkan tanpa
diwajibkan untuk dipahami. Menurutnya “….Agama harus menjaga kita
daripada berbuat dosa, tetapi berapa banyaknya dosa diperbuat orang atas
nama agama itu…”. Kartini juga menyoalkan tentang pembenaran bagi kaum
laki-laki untuk berpoligami. Bagi Kartini, lengkap sudah penderitaan
perempuan Jawa yang dunianya hanya sebatas tembok rumah. <br />
<br />
Kartini sendiri dalam tulisan dan bukunya yang berjudul Habis Gelap
Terbitlah Terang semestinya memberikan inspirasi kepada kaum perempuan
Indonesia agar menjadi perempuan-perempuan yang cerdas dan berkemajuan
artinya tidak terkungkung dan terpasung dengan adat yang akan mehambat
kreativitas dan logika, tanpa meninggalkan fitrahnya sebagai perempuan.
Kita nampaknya harus sepakat bahwa gagasan-gagasan yang dituangkan oleh
Kartini memalui tulisannya masih tetap up to date.<br />
<br />
Tidak dapat dipungkiri bahwa lepasnya belenggu sampai kepada kebebasan
perempuan dalam menuntut ilmu serta belajar dibangku sekolah pada era
modern ini adalah salah satu contoh hasil dari perjuangan R.A Kartini.
Jadi sepatutnyalah gagasan-gagasan yang muncul dari pemikiran R.A.
Kartini tersebut dijadikan rujukan bagi perempuan-perempuan Indonesia
dalam mensikapi diri, dan meletakkan konsep emansipasi perempuan pada
kedudukan yang sebenarnya agar menjadi pribadi yang kuat dan
bermartabat.<strong> (**)</strong><br />
<br />
<strong>Sumber : <a href="http://www.radarbangka.co.id/rubrik/detail/persepktif/3853/inspirasi-kartini-untuk-perempuan-masa-kini.html">Radar Bangka</a> </strong>
<br />Sepuluh Tiga™http://www.blogger.com/profile/06345263074995406571noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3990728580652226976.post-80293122621570556772012-04-22T07:59:00.001-07:002012-04-22T07:59:30.591-07:00Di Balik Perjuangan R.A Kartini<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2011/04/1303987972742573024.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2011/04/1303987972742573024.jpg" width="226" /></a></div>
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Buku Habis Gelap Terbitlah Terang <em>(Door Duisternis tot Lich) </em>merupakan
bukti nyata dokumentasi surat R.A Kartini yang kemudian di terbitkan
oleh balai pustaka dan akhirnya disempurnakan oleh <strong>Armijn Pane</strong>. Pelopor kebangkitan perempuan, dengan semangat membela hak kaum hawa untuk turut terjun dalam dunia pendidikan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Anak dari Raden Mas Adipati Ario
Sosroningrat, mengawali dibukanya pintu gerbang akses pergerakan
perempuan Indonesia di luar rumah. Keberadaan Kartini menggema seantero
Negeri, perjuangannya mendapat sambutan hangat sampai pada kaum
bangsawan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Keputusan Presiden Soekarno No.108 Tahun
1964, menetapkan Kartini tanggal 2 Mei 1964, sebagai Pahlawan
Kemerdekaan Nasional. Sekaligus menetapkan hari kelahirannya, 21 April,
sebagai hari Kartini yang semarak diperingati setiap tahun.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menyandang kemuliaan sebagai anak seorang
Bupati Jepara, Kartini hadir untuk memposisikan kaum hawa sebagai
bagaian dari anak manusia yang layak mendapatkan kebebasan. Bebas
berpendidikan, keluar rumah dan berkarir sebagaimana laki-laki.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun, kebebasan yang diusung Raden Ajeng
Kartini bukan pembebasan sebagaimana yang digencarkan kaum feminisme
dengan kesetaraan gender. Melainkan meletakkan kedudukan secara
proporsional, tidak melebihkan atau mengurangi hak dan tanggung jawab
diantara laki- laki dan perempuan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Posisi keduanya adalah saling
menghormati, mendukung, menghargai, dan menjaga kebebasan masing-masing.
Tidak menyalahi kodrat wanita sebagai ibu rumah tangga dan istri setia
bagi suaminya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perjuangan Raden Kartini dilatarbelakangi
dengan kondisi perempuan yang dianggap tidak lebih dari tempat
pelampiasan nafsu syahwat laki- laki. Di kung- kung dalam rumah, tidak
diperkenankan menuntut ilmu dan berkarir.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Secara naluriah, kondisi tersebut sangat
tidak rasional dengan kejiwaan perempuan. Tak ayal mereka hanya diam di
rumah tanpa persaingan kualitas diri. Padahal, dengan kemandirian ilmu,
maka kaum hawa akan mampu mendidik anak- anaknya unggul di kemudian
hari. Tidak hanya itu, dengan ilmu juga dapat memberikan manfaat yang
besar untuk keberlangsungan hidup manusia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Kesetaraan Gender</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Sosok bersahaja keturunan Ningrat,
Kartini dianggap sebagai tokoh emansipasi wanita di Indonesia. Namun
pandangan ini disalahgunakan oleh kaum feminisme sebagai ajang untuk
mempelopori gagasannya di zaman sekarang. Atas nama kebebasan yang
akhirnya kebablasan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menelisik dokumentasi gerakan feminisme
ala barat penuh cela. Propaganda pemikiran yang murni sejatinya tidak
lekang oleh perubahan zaman dan waktu. Sebagaimana perjuangan Kartini
hingga detik ini. Namanya tetap harum, penuh kenangan indah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sangat kentara perbedaan dengan budaya feminisme yang menjerumuskan. Julia Kristeva dalam paparan buku yang berjudul <em>Women’s Time</em> menjelaskan bahwa gerakan feminisme merupakan ruang liberasi kaum wanita seluruh dunia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada 1968 atau 64 tahun setelah wafatnya
Raden Kartini, mencuat perbedaan radikal dan mendorong eksistensi
paralel antara perempuan dan laki-laki. Kesetaraan yang tidak cocok
digemakan. Perjuangan tangguh Kartini adalah karya besar kaum hawa yang
sesuai dengan tuntutat zaman kala itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Artinya, untuk zaman kontemporer saat
ini, feminisme hadir sebagai gerakan nyeleneh. Tidak jelas tujuan yang
hendak dicapai. Karena kedudukan laki-laki dan perempuan sekarang cukup
representatif dengan tidak mengekang. Hanya butuh sedikit polesan
peraturan dan penegakan keadilan yang tidak tebang pilih.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Isu RUU Kesetaraan Gender yang didentumkan oleh DPR RI, Minggu 8 April 2012 menambah suasana panas kaum feminisme untuk meng <em>goal </em>kan visinya, membobrokkan anak Bangsa. Pejabat Negeri ini justru disibukan dengan kebijakan yang memperumit masalah perempuan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Momentum hari Kartini, Sangat apik jika
dijadikan oleh para aktivis perempuan dalam setiap levelnya. Bersatu
untuk menggemakan kembali perjuangan hakiki dan memerangi gerakan
feminisme yang terjelma menjadi RUU Kesetaraan Gender. Karena peraturan
di dalam rancangan tersebut mengekang kodrat alamiah perempuan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejatinya RUU Kesetaraan Gender adalah
alat untuk membuat kebijakan pro kaum hawa oleh para aktivis perempuan
tingkat Nasional, terutama Anggota Komisi VIII DPR RI yang membidangi
keperempuanan Indonesia. Selain itu, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak juga dapat berpartisipasi aktif dengan membuat program
kerja yang solutif. Mensosialisasikan dan mendongkrak kebijakan yang
mengamankan posisi wanita.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Makna Hakiki</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perjuangan Raden Adeng Kartini perlu
dimaknai sebagai wahana keadilan perempuan yang banyak bercerai –
berai. Kenyataannya, kaum hawa kurang mendapat perhatian perlindungan
baik secara <em>de jure</em>, apalagi <em>de facto</em>. Menitik beratkan pada solusi atas permasalahan kontemporer yang terjadi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masalah yang lebih hakiki saat ini adalah
membebaskan korban pelecehan seksual, penjualan perempuan, kekerasan
dalam rumah tangga, <em>traficking</em>, pelacuran, TKW, aborsi tingkat remaja, seks bebas para pemudi dan masih banyak lagi model ketidakadilan yang terjadi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kaum perempuan belum sepenuhnya bisa
mewujudkan cita-cita Kartini. Porsi perempuan yang saat ini telah
mandiri di ruang publik, memperoleh pendidikan tinggi, dan sukses meniti
karir. Namun, tidak sedikit pula perempuan yang masih berada dalam
posisi yang sangat jauh dari keadilan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hakikat perjuangan Kartini tidak hanya
sekedar memorehkan perempuan boleh keluar rumah. Tetapi sejauh mana
keberadaannya memberi manfaat ganda dalam kehidupan. Sukses menjadi
istri dan ibu dalam rumah tangga tidak boleh ditingalkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketimpangan pemikiran yang marak tersebar
adalah dengan pembebasan berkarier bagi perempuan, lalu menjadi alasan
bagi mereka untuk kurang perhatian pada anak. Disinilah letak kerusakan
yang terjadi. Frame berfikir perempuan seharusnya menyederhanakan tugas
karir dengan tidak mengabaiakan perannya sebagai ratu di rumah bagi
keluarga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Oleh karena itu adil saat ada cuti hamil
dan melahirkan untuk wanita karier dalam pemenuhan tugas keibuannya.
Perempuan yang aktif di ranah publik harus mampu memberikan hak anak dan
suami dalam rumah tangga. Sehingga tidak ada istilah perceraian dan
tingginya tingkat kriminalitas yang dilakukan remaja.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pemuda hari ini yang terjerumus dalam
peredaran gelap narkotika, pecandu, terserang HIV AIDS, seks bebas,
aborsi dan sederet kenakalan remaja adalah mereka yang tidak mendapat
pemahaman penuh akan makna hidup. Tugas pentransferan ilmu pengetahuan
dan kepribadian anak lebih dominan dan strategis dilaukan orang tua.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam hal ini, penulis mengajak para
orang tua untuk menyisihkan waktunya secara berkesinambungan. Misalnya
mengajarkan keluhuran akhlak dengan kisah heroik pahlawan dalam dongeng
sebelum tidur. Memperhatikan cara makan, minum, dan perilaku anak sesuai
adab, mengamati ucapan anak dalam memfilter tontonan TV dan sebagainya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketauladanan orang tua, terutama ibu sangat mempengaruhi kondisi kejiwaan anak. Tidak hanya bisa dilakukan dengan <em>say hello</em>
ketika hendak berangkat bekerja dan saat pulang. Dengan kelebihan aktif
di luar rumah, menuntut perhatian lebih bagi wanita karier. Sehingga
perlu keseimbangan dalam pembagian waktu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Artinya, menjadikan waktu perjumpaan
dengan buah hati, meninggalkan kesan indah. Setiap pertukaran detik
kebersamaan, menjalin kasih sayang dan memberi pelajaran. Peran ini
harus maksimal dan tidak boleh dianggap remeh, karena sebagai penentu
masa depan anak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Makna perjuangan Kartini, masa sekarang
menjadi momentum instropeksi diri tentang apa yang telah kita lakukan.
Menyebarkan manfaat sebanyak- banyaknya untuk keadilan perempuan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Peringatan hari kartini yang acap kali
dihebokhan di dunia pendidikan, terutama tingkat TK dan SD dengan acara
21 Srikandi bersepeda Jepara-Bandung, maraknya penyewaan pakaian adat
daerah, maupun diskon serta bazar yang digelar, hendaknya tidak
melunturkan tujuan awal perayaan. Yaitu sebuah ajang bergengsi perbaikan
nilai luhur perempuan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perayaan hari kartini bukan hanya
seremonial belaka tanpa makna. Perbaikan perilaku perempuan Indonesia
dalam mensinergiskan perannya untuk sukses tidak hanya di luar rumah,
terlebih di dalam rumah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Selamat hari Kartini buat kaum perempuan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Semangat melakukan perbaikan besar buat Indonesia !!!</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Sumber : <a href="http://kammi.or.id/?p=484">Kammi</a> </b></div>Sepuluh Tiga™http://www.blogger.com/profile/06345263074995406571noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3990728580652226976.post-46966806229052056162012-04-22T07:56:00.003-07:002012-04-22T07:56:47.875-07:00Mengenang Perjuangan R.A Kartini<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://www.setkab.go.id/media/article/images/2012/04/20/k/a/kartini.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://www.setkab.go.id/media/article/images/2012/04/20/k/a/kartini.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam sejarah di Indonesia banyak sekali
pahlawan-pahlawan wanita yang hebat dan luar biasa dalam memperjuangan
emansipasi wanita. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Salah satunya adalah Raden Ayu Kartini. Kenapa harus
Kartini yang menjadi simbol emansipasi wanita padahal masih banyak
pahlawan-pahlawan wanita yang lain yang tidak kalah luar biasanya?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut
penelusuran Guru Besar Universitas Indonesia Prof. Harsja W. Bachtiar,
Kartini memang dipilih oleh orang Belanda untuk ditampilkan ke depan
sebagai pendekar kemajuan wanita pribumi di Indonesia. Mula-mula Kartini
bergaul dengan Asisten-Residen Ovink suami istri. Adalah <strong>Cristiaan Snouck Hurgronje</strong>, penasehat pemerintah Hindia Belanda, yang mendorong <strong>J.H. Abendanon</strong>, Direktur Departemen Pendidikan, Agama dan Kerajinan, agar memberikan perhatian pada Kartini tiga bersaudara.</div>
<div style="text-align: justify;">
Harsja menulis tentang kisah ini: “<em>Abendanon
mengunjungi mereka dan kemudian menjadi semacam sponsor bagi Kartini.
Kartini berkenalan dengan Hilda de Booy-Boissevain, istri ajudan
Gubernur Jendral, pada suatu resepsi di Istana Bogor, suatu pertemuan
yang sangat mengesankan kedua belah pihak.”</em></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ringkasnya,
Kartini kemudian berkenalan dengan Estella Zeehandelaar, seorang wanita
aktivis gerakan Social Democratische Arbeiderspartij (SDAP). Wanita
Belanda ini kemudian mengenalkan Kartini pada berbagai ide modern,
terutama mengenai perjuangan wanita dan sosialisme. Tokoh sosialisme
H.H. van Kol dan penganjur “Haluan Etika” C.Th. van Deventer adalah
orang-orang yang menampilkan Kartini sebagai pendekar wanita Indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lebih dari enam tahun setelah Kartini wafat pada umur 25 tahun, pada tahun 1911, <strong>Abendanon</strong> menerbitkan kumpulan surat-surat Kartini dengan judul <strong>Door Duisternis tot Lich</strong>. Kemudian terbit juga edisi bahasa Inggrisnya dengan judul <strong>Letters of a Javaness Princess</strong>. Beberapa tahun kemudian, terbit terjemahan dalam bahasa Indonesia dengan judul <strong>Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran (1922)</strong>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dua tahun setelah penerbitan buku Kartini, <strong>Hilda de Booy-Boissevain</strong>
mengadakan prakarsa pengumpulan dana yang memungkinkan pembiayaan
sejumlah sekolah di Jawa Tengah. Pada 27 Juni 1913, didirikan <strong>Komite Kartini Fonds</strong>, yang diketuai <strong>C.Th. van Deventer</strong>. Usaha pengumpulan dana ini lebih memperkenalkan nama Kartini, serta ide-idenya pada orang-orang di Belanda.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Harsja
Bachtriar kemudian mencatat: “Orang-orang Indonesia di luar lingkungan
terbatas Kartini sendiri, dalam masa kehidupan Kartini hampir tidak
mengenal Kartini, dan mungkin tidak akan mengenal Kartini bilamana
orang-orang Belanda ini tidak menampilkan Kartini ke depan dalam
tulisan-tulisan, percakapan-percakapan maupun tindakan-tindakan mereka.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Kartini-Kartini dimasa kini</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masa
telah berganti. Emansipasi wanita yang dulu telah diperjuangkan oleh
R.A. Kartini secara luar biasa itu, kini telah diteruskan oleh
kartini-kartini yang baru.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kartini-kartini
di abad ini juga telah mengikuti jejak R.A. Kartini. Dulu, Kartini
berjuang untuk mengangkat derajat wanita yang pada masa itu memang
terbelenggu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kini, perjuangan itu harus diteruskan oleh
“Kartini-Kartini” yang baru. Mereka itu harus berjuang sesuai
dengan bidang, tugas dan tanggung jawabnya masing-masing, baik
sebagai pejabat negara (Menteri, Anggota DPR, Hakim, Dubes), para
pejabat dan pegawai di segala intansi pemerintah maupun swasta, sebagai
wirausaha, sebagai wartawan, pendidik maupun bidang-bidang lainnya.
Banyak wanita masa kini, termasuk yang telah berumahtangga, ikut aktif
berkerja untuk mengais penghasilan demi kecukupan kebutuhan keluarganya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tetapi
jangan dilupakan pentingnya peranan wanita-wanita sebagai Ibu Rumah
Tangga biasa. Mereka itu berjasa secara luar biasa dalam bekerja di
balik layar. Karena peran merekalah para suaminya dapat tenang bekerja
dan bersemangat untuk mendapatkan sebesar-besarnya kecukupan keluarga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain
itu, harus diberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada para ibu
(Istri) secara keseluruhan. Merekalah yang secara aktif terlibat
langsung dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya dengan penuh kasih
sayang. Walaupun mereka tidak pernah mendpatkan penghargaan dan balas
jasa, tetapi mereka tidak pernah mengeluh. Apalagi peran wanita sebagai
ibu yang telah mengandung dan melahirkan anak-anak, karena dari rahim
merekalah lahir generasi penerus yang kelak akan meneruskan perjuangan
yang telah dirintis oleh R.A. Kartini dan pahlawan-pahlawan yang luar
biasa lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena itu, tanggal
21 April seyogyanya tidak sekedar menjadi hari peringatan untuk
mengenang perjuangan R.A. Kartini saja. Marilah kita renungkan, betapa
mulianya perjuangan yang dilakukan oleh R.A. Kartini untuk mendobrak
pagar emansipasi yang kokoh. Tanpa itu mungkin kesetaraan itu tak akan
pernah kita rasakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kartini-Kartini
masa kini perlu memperjuangkan bagaimana kesetaraan jender yang telah
ada saat ini benar-benar dibuktikan dengan karya nyata kaum wanita dalam
mengisi kemerdekaan, dan turut serta membangun serta memperjuangkan
pencapaian kesejahteraan seluruh bangsa Indonesia ini. Itu harus
dilakukan dengan penuh tanggung jawab, kejujuran, dan kepahlawanan
Kartini. <strong>(Raso danYL/Asdep PHI/DPOK)</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Sumber : <a href="http://www.setkab.go.id/artikel-4155-mengenang-perjuangan-ra-kartini.html">SetKab</a> </strong></div>Sepuluh Tiga™http://www.blogger.com/profile/06345263074995406571noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3990728580652226976.post-71891011027798806242012-04-22T07:53:00.004-07:002012-04-22T07:53:35.227-07:00Biografi R.A Kartini<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVYjUlHMbLg6htoOEQl4NKKAJ8-uNegRpeTn0id2G9hChjgHLUT9G9IiazYFLI33C1LqKIoTFTqkgJ0cwhJTS1JhXPlPujPkuwNjyy7sobOQJScs_QZTbP9YV39PL2qxUe3-LrAcKKd1vx/s320/kartini_1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVYjUlHMbLg6htoOEQl4NKKAJ8-uNegRpeTn0id2G9hChjgHLUT9G9IiazYFLI33C1LqKIoTFTqkgJ0cwhJTS1JhXPlPujPkuwNjyy7sobOQJScs_QZTbP9YV39PL2qxUe3-LrAcKKd1vx/s320/kartini_1.jpg" /></a></div>
<br />
Raden Ajeng Kartini lahir pada 21 April tahun 1879 di kota Jepara, Jawa
Tengah. Ia anak salah seorang bangsawan yang masih sangat taat pada adat
istiadat. Setelah lulus dari Sekolah Dasar ia tidak diperbolehkan
melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi oleh orangtuanya. Ia
dipingit sambil menunggu waktu untuk dinikahkan. Kartini kecil sangat
sedih dengan hal tersebut, ia ingin menentang tapi tak berani karena
takut dianggap anak durhaka. Untuk menghilangkan kesedihannya, ia
mengumpulkan buku-buku pelajaran dan buku ilmu pengetahuan lainnya yang
kemudian dibacanya di taman rumah dengan ditemani Simbok (pembantunya).<br /> <br />
Akhirnya membaca menjadi kegemarannya, tiada hari tanpa membaca. Semua
buku, termasuk surat kabar dibacanya. Kalau ada kesulitan dalam memahami
buku-buku dan surat kabar yang dibacanya, ia selalu menanyakan kepada
Bapaknya. Melalui buku inilah, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir
wanita Eropa (Belanda, yang waktu itu masih menjajah Indonesia). Timbul
keinginannya untuk memajukan wanita Indonesia. Wanita tidak hanya
didapur tetapi juga harus mempunyai ilmu. Ia memulai dengan mengumpulkan
teman-teman wanitanya untuk diajarkan tulis menulis dan ilmu
pengetahuan lainnya. Ditengah kesibukannya ia tidak berhenti membaca dan
juga menulis surat dengan teman-temannya yang berada di negeri Belanda.
Tak berapa lama ia menulis surat pada Mr.J.H Abendanon. Ia memohon
diberikan beasiswa untuk belajar di negeri Belanda.<br /> <br /> Beasiswa
yang didapatkannya tidak sempat dimanfaatkan Kartini karena ia
dinikahkan oleh orangtuanya dengan Raden Adipati Joyodiningrat. Setelah
menikah ia ikut suaminya ke daerah Rembang. Suaminya mengerti dan ikut
mendukung Kartini untuk mendirikan sekolah wanita. Berkat kegigihannya
Kartini berhasil mendirikan Sekolah Wanita di Semarang, Surabaya,
Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah
tersebut adalah “Sekolah Kartini”. Ketenarannya tidak membuat Kartini
menjadi sombong, ia tetap santun, menghormati keluarga dan siapa saja,
tidak membedakan antara yang miskin dan kaya.<br /> <br /> Pada tanggal 17
september 1904, Kartini meninggal dunia dalam usianya yang ke-25,
setelah ia melahirkan putra pertamanya. Setelah Kartini wafat, Mr.J.H
Abendanon memngumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah
dikirimkan R.A Kartini pada para teman-temannya di Eropa. Buku itu
diberi judul “DOOR DUISTERNIS TOT LICHT” yang artinya “Habis Gelap
Terbitlah Terang”.<br /> <br /> Saat ini mudah-mudahan di Indonesia akan
terlahir kembali Kartini-kartini lain yang mau berjuang demi kepentingan
orang banyak. Di era Kartini, akhir abad 19 sampai awal abad 20,
wanita-wanita negeri ini belum memperoleh kebebasan dalam berbagai hal.
Mereka belum diijinkan untuk memperoleh pendidikan yang tinggi seperti
pria bahkan belum diijinkan menentukan<br /> jodoh/suami sendiri, dan lain sebagainya.<br /> <br />
Kartini yang merasa tidak bebas menentukan pilihan bahkan merasa tidak
mempunyai pilihan sama sekali karena dilahirkan sebagai seorang wanita,
juga selalu diperlakukan beda dengan saudara maupun teman-temannya yang
pria, serta perasaan iri dengan kebebasan wanita-wanita Belanda,
akhirnya menumbuhkan keinginan dan tekad di hatinya untuk mengubah
kebiasan kurang baik itu. Belakangan ini, penetapan tanggal kelahiran
Kartini sebagai hari besar agak diperdebatkan. Dengan berbagai
argumentasi, masing-masing pihak memberikan pendapat masing-masing.
Masyarakat yang tidak begitu menyetujui, ada yang hanya tidak merayakan
Hari Kartini namun merayakannya sekaligus dengan Hari Ibu pada tanggal
22 Desember.<br /> <br /> Alasan mereka adalah agar tidak pilih kasih dengan
pahlawan-pahlawan wanita Indonesia lainnya. Namun yang lebih ekstrim
mengatakan, masih ada pahlawan wanita lain yang lebih hebat daripada RA
Kartini. Menurut mereka, wilayah perjuangan Kartini itu hanyalah di
Jepara dan Rembang saja, Kartini juga tidak pernah memanggul senjata
melawan penjajah. Dan berbagai alasan lainnya. Sedangkan mereka yang pro
malah mengatakan Kartini tidak hanya seorang tokoh emansipasi wanita
yang mengangkat derajat kaum wanita Indonesia saja melainkan adalah
tokoh nasional artinya, dengan ide dan gagasan pembaruannya tersebut dia
telah berjuang untuk kepentingan bangsanya. Cara pikirnya sudah dalam
skop nasional. Sekalipun Sumpah Pemuda belum dicetuskan waktu itu, tapi
pikiran-pikirannya tidak terbatas pada daerah kelahiranya atau tanah
Jawa saja. Kartini sudah mencapai kedewasaan berpikir nasional sehingga
nasionalismenya sudah seperti yang dicetuskan oleh Sumpah Pemuda 1928.<br /> <br />
Terlepas dari pro kontra tersebut, dalam sejarah bangsa ini kita banyak
mengenal nama-nama pahlawan wanita kita seperti Cut Nya’ Dhien, Cut
Mutiah, Nyi. Ageng Serang, Dewi Sartika, Nyi Ahmad Dahlan, Ny. Walandouw
Maramis, Christina Martha Tiahohu, dan lainnya. Mereka berjuang di
daerah, pada waktu, dan dengan cara yang berbeda. Ada yang berjuang di
Aceh, Jawa, Maluku, Menado dan lainnya. Ada yang berjuang pada zaman
penjajahan Belanda, pada zaman penjajahan Jepang, atau setelah
kemerdekaan. Ada yang berjuang dengan mengangkat senjata, ada yang
melalui pendidikan, ada yang melalui organisasi maupun cara lainnya.
Mereka semua adalah pejuang-pejuang bangsa, pahlawan-pahlawan bangsa
yang patut kita hormati dan teladani.<br /> <br /> Raden Ajeng Kartini
sendiri adalah pahlawan yang mengambil tempat tersendiri di hati kita
dengan segala cita-cita, tekad, dan perbuatannya. Ide-ide besarnya telah
mampu menggerakkan dan mengilhami perjuangan kaumnya dari kebodohan
yang tidak disadari pada masa lalu. Dengan keberanian dan pengorbanan
yang tulus, dia mampu menggugah kaumnya dari belenggu diskriminasi. Bagi
wanita sendiri, dengan upaya awalnya itu kini kaum wanita di negeri ini
telah menikmati apa yang disebut persamaan hak tersebut. Perjuangan
memang belum berakhir, di era globalisasi ini masih banyak dirasakan
penindasan dan perlakuan tidak adil terhadap perempuan.<br />
<br />
Sumber : <a href="http://kolom-biografi.blogspot.com/2009/01/biografi-ra-kartini.html">Kolom Biografi</a>Sepuluh Tiga™http://www.blogger.com/profile/06345263074995406571noreply@blogger.com0